Eksplorasi Keindahan Desa Wisata Penglipuran Bali
Bali selalu berhasil memikat hati para pelancong dengan pesonanya yang tak pernah habis. Dari pantai-pantai eksotis hingga budaya yang kaya, pulau dewata menyuguhkan sejuta keajaiban. Namun, jika Anda ingin merasakan sisi lain dari Bali yang lebih tenang dan autentik, maka desa wisata Penglipuran adalah destinasi yang wajib Anda kunjungi. Terletak di Kabupaten Bangli, desa ini dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia dan menjadi simbol pelestarian budaya Bali yang mengagumkan.
Mengenal Desa Wisata Penglipuran Lebih Dekat
Desa wisata Penglipuran bukan sekadar tempat wisata, tetapi juga merupakan representasi utuh dari kehidupan masyarakat Bali yang masih memegang teguh adat istiadat. Nama “Penglipuran” berasal dari kata “pengeling” dan “pura” yang berarti tempat untuk mengenang para leluhur. Hal ini tercermin dalam tata ruang desa, struktur bangunan, hingga pola hidup masyarakat yang masih sangat menghormati tradisi leluhur.
Terletak di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, Penglipuran menyuguhkan udara sejuk dan suasana yang sangat asri. Jalannya bersih, rumah-rumah penduduk tertata rapi dengan bentuk dan arsitektur seragam, serta lingkungan yang benar-benar bebas dari polusi. Tidak ada kendaraan bermotor yang boleh masuk ke area utama desa, sehingga suasananya sangat tenang dan damai.
Keunikan Tata Ruang dan Arsitektur
Salah satu daya tarik utama dari desa wisata Penglipuran adalah tata ruangnya yang unik dan sakral. Desa ini dibangun dengan prinsip “Tri Mandala”, yaitu konsep tata ruang dalam ajaran Hindu Bali yang membagi wilayah menjadi tiga bagian:
- Utama Mandala: Bagian paling suci yang digunakan untuk tempat ibadah (pura).
- Madya Mandala: Area tempat tinggal masyarakat.
- Nista Mandala: Area paling luar yang biasanya digunakan untuk aktivitas sosial atau pertanian.
Semua rumah di desa ini memiliki arsitektur tradisional Bali yang sama, mulai dari bentuk gerbang (angkul-angkul), halaman rumah, hingga tempat suci keluarga. Keseragaman ini tidak hanya memberikan kesan estetika yang indah, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan dan kesetaraan antarwarga.
Pelestarian Budaya dan Tradisi
Penglipuran dikenal sebagai desa adat yang sangat menjaga tradisi. Upacara-upacara adat rutin diadakan oleh masyarakat, mulai dari upacara keagamaan hingga ritual-ritual lokal. Salah satu tradisi unik yang masih dipertahankan adalah larangan poligami di dalam desa. Pelanggaran terhadap aturan adat ini bisa menyebabkan sanksi sosial, seperti dikucilkan dan harus tinggal di area khusus di luar pemukiman utama.
Selain itu, warga desa juga aktif dalam menjaga lingkungan. Pengelolaan sampah dilakukan secara mandiri dan berkelanjutan. Tidak heran jika desa wisata Penglipuran mendapatkan penghargaan sebagai desa terbersih di dunia oleh Green Destinations Foundation.
Pengalaman Wisata yang Ditawarkan
Berkunjung ke desa wisata Penglipuran bukan hanya sekadar jalan-jalan melihat rumah-rumah tradisional. Pengunjung bisa mengikuti berbagai aktivitas menarik yang edukatif dan menghibur, seperti:
- Tur budaya untuk memahami sejarah dan filosofi desa.
- Mencicipi kuliner khas Bali yang dibuat langsung oleh penduduk setempat.
- Workshop kerajinan tangan seperti anyaman bambu dan pembuatan sarana upacara.
- Menginap di homestay warga untuk merasakan kehidupan tradisional Bali secara langsung.
Desa ini juga sering mengadakan pertunjukan seni tari dan musik tradisional sebagai bagian dari pengalaman wisata yang ditawarkan kepada pengunjung.
Akses dan Fasilitas Wisata
Untuk menuju ke desa wisata Penglipuran, Anda bisa melakukan perjalanan darat sekitar 1,5 jam dari Denpasar atau 45 menit dari Ubud. Jalannya cukup mulus dan akses transportasi sangat memadai. Di area parkir, tersedia tempat makan, toilet umum, dan kios oleh-oleh yang menjual produk lokal seperti kain tenun dan kerajinan bambu.
Biaya masuk ke desa cukup terjangkau, dan uang yang Anda bayarkan turut membantu pelestarian budaya serta kebersihan desa.
Waktu Terbaik Berkunjung
Bali memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Waktu terbaik untuk mengunjungi desa wisata Penglipuran adalah saat musim kemarau antara bulan Mei hingga September. Cuaca cerah akan membuat Anda lebih nyaman menjelajahi setiap sudut desa sambil mengambil foto-foto estetik.
Namun, jika Anda ingin menyaksikan upacara adat yang meriah, datanglah saat hari besar keagamaan seperti Galungan atau Kuningan, di mana seluruh desa akan dihiasi dengan penjor (hiasan bambu khas Bali) dan nuansa sakral sangat terasa.
Mengapa Desa Wisata Penglipuran Layak Dikunjungi
Ada banyak alasan mengapa desa wisata Penglipuran menjadi pilihan wisata yang tepat:
- Autentik: Memberikan pengalaman budaya Bali yang otentik, bukan versi komersial.
- Tenang dan bersih: Lingkungan yang asri dan bebas kendaraan bermotor.
- Ramah lingkungan: Sistem pengelolaan lingkungan yang baik dan ramah bumi.
- Edukasi budaya: Menambah wawasan tentang nilai-nilai kearifan lokal Bali.
Dengan semua keunikan dan kelebihannya, tak heran jika desa ini menjadi destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara, serta sering muncul dalam daftar “must visit” dari berbagai media internasional.
You must be logged in to post a comment.